Jumat, 11 September 2015

Jobseekers Juga Bisa Berpenghasilan! Psst, Modalnya Super Minim, Lho!

Sumber

Noted:
Tulisan ini sudah tersimpan dalam draft entah berapa bulan lamanya, jadi jangan heran kalau status tulisan ini kemudian bersifat past-tense. Enjoy!

Perlu digarisbawahi dan diperingatkan, ini bukan promosi MLM yang bakal menjerumuskan kamu untuk beli sejumlah paket, untuk kerja ringan gaji besar, untuk mengikuti prinsip member untuk member, nggak! Nggak sama sekali!

Blog post kali ini hanya serangkaian cerita di tengah-tengah perputaran hidup aku yang lain.

Setelah euforia wisuda dan kesenangannya, nggak ada senang-senang sama sekali. Wisuda cuma awal dari kehidupan yang sebenarnya, yang kejam, yang nggak ada belas kasih: dunia kerja.

Nggak, nggak gampang cari kerja. Kalau kamu pikir dengan kuliah di universitas negeri, tebar CV dan fotokopian ijazah sama transkrip, kamu bisa langsung diterima kerja dimanapun, Big NO! Ada ribuan jobseekers di luar sana yang mungkin setara, atau lebih tinggi status ijazahnya dari kamu, yang nilainya mungkin lebih besar dari kamu. Banyak! Tiap beberapa bulan sekali, masing-masing universitas besar, paling tidak meluluskan minimal seribu wisudawan/i, bisa dihitung sendiri berapa jumlah saingannya.

Contoh, saat wisuda ke-113 Universitas Sriwijaya yang aku ikuti, ada dua ribu lebih wisudawan/i yang diwisuda, sehingga dekanat mengubah agenda acara wisuda menjadi dua hari, dari yang semestinya cuma sehari. Itulah jumlah saingan, paling tidak se-Sumatera Selatan, paling tidak se-Palembang. Belum universitas swasta yang bertebaran di Palembang. Dan itu nyari kerja semua, lho. Kebayang sesaknya Palembang dengan jumlah pengangguran yang segitu banyak setiap bulannya?

Nggak perlu dijelasin se-Indonesia juga, kan? *kemudian mental break down*

Terhitung sudah dua bulan aku menjadi pengangguran job seeker, dan dua bulan itu juga aku stres, stres nggak ada kerjaan, stres nggak tahu mau ngapain, stres nggak enak sama orang rumah, tetangga, keluarga, dll, dsb, dkk. Aku tanya teman-teman yang masih dalam status yang sama, dan mereka pun merasakan hal yang sama. *hi-five virtual*

Tetapi, ada satu teman yang ternyata nggak kosong-kosong amat (dompetnya). Sebagai jobseekers yang mau minta jajan sama orang tua udah mulai nggak enak, kegiatan wirausaha yang digiati seorang teman dekat ini cukup menginspirasi. Dia cerita, dia dan adiknya bisa happy-happy sekaligus nabung hanya dengan menjual ilustrasi digital. Wow! Dengan nggak jual barang, bisa seneng-seneng plus nabung? Siapa yang nggak mau?

Dan akhirnya, aku mulai menggeluti sebuah usaha. Dilatarbelakangi oleh jumlah dana di rekening yang terus menerus menipis tanpa ada penambahan yang signifikan dan banyaknya keperluan melamar pekerjaan yang harus dipenuhi (keperluan foto resmi, beli baju formal, amplop cokelat lusinan, tinta printer untuk print cv & cover letter, bayar tiket masuk job fair, ongkos interview ke perusahaan, dsb), akhirnya aku membuat sebuah usaha kecil-kecilan untuk menambah uang jajan dan keperluan lain.




"Seseorang pernah berkata, untuk mengubah dunia, harus menjadi politikus. Aku berkata, jadilah wirausahawan!" - Diana Rikasari, fashion blogger, owner of I Wear Up.

Berikut point-point-nya:

Modal Usaha
- Smartphone yang bisa menjalankan minimal aplikasi: Instagram, LINE/BBM/Whatsapp (Pilih salah satu. Kalau lebih akan semakin baik!)
- Paket internet (wajib!)
- Buku catatan
- Pena/pensil.
- Kalkulator (di hp ada, sih)

Oke, setelah lengkap semuanya, aku akan memperkenalkan bisnis dengan metode penjualan tanpa harus memiliki stok barang sendiri, dan yang sedang aku geluti juga, dikenal dengan sistem dropship.

Apa itu sistem dropship

Sistem dropship adalah ketika kita menjual kembali barang yang diperjualbelikan supplier tanpa harus membelinya terlebih dahulu. Status kita di sini adalah sebagai reseller atau penjual kembali, tapi kita tidak menyediakan stok apapun. Cukup meminta/mengambil gambar dari supplier dan pasarkan kembali lewat media online.

Pertama, tentukan 'apa yang akan dijual' oleh kalian. Bagi para calon dropshipper, disarankan untuk menjual barang jadi (bukan pre-order, makanan atau barang lain yang belum ada di tempatnya (supplier)). Pakaian, sepatu, jilbab, dan sebagainya.

Lalu, pastikan supplier yang dipilih itu jelas dan sudah mempunyai track record penjualan yang terpercaya. Bisa dipastikan dengan jumlah testimonial, bukti foto barang fisik atau kepemilikan toko fisik serta ketersediaan barangnya. Apabila masih ragu, cari supplier lain yang kira-kira lebih terpercaya atau beli salah satu barangnya untuk menguji kredibilitas supplier sebagai penjual yang nyata (tidak menipu/melakukan penipuan).

Kumpulkan daftar supplier lebih dari satu, ya. Karena tidak semua supplier bisa 'ramah' dengan calon reseller-nya.

Kedua, pastikan segmentasi pasar yang kamu tuju dengan barang jualan kamu itu jual-able dan laku-able. Nggak susah cari daftar barang yang lagi hits buat dijual di era serba socmed. Karena semuanya terpampang nyata di timeline kamu! Dan nggak ada salahnya juga melakukan survei langsung, nggak perlu jauh-jauh: kantin kampus, salah satu sudut fakultas yang selalu ramai atau tempat nongkrong yang penuh dengan muda-mudi itu sudah cukup memadai untuk modal awal. Sambil bolak-balik kampus ngurus legalisir ijazah dan transkrip, sambil menyelam minum air. *kelelep*

 Sudah memantapkan diri mau jual apa?

Ketiga, make your online-shop account! 

Aku memutuskan untuk menggunakan Instagram untuk menyokong tiga bulan hidup ketika panggilan kerja tidak ada yang bersambut. Setelah tanya sana-sini dan membuat deal dengan supplier, here we go! Penuhi timeline akun toko online-mu dengan barang yang akan dijual. Jangan lupa follow akun-akun promosi gratis terbaik yang bisa menyokong promosi awal toko kamu.

Perluas networking! Ada begitu banyak di luar sana teman-teman wirausahawan yang bersedia membantu untuk saling promosi satu sama lain. Manfaatkan jaringan promosi tersebut untuk menambah followers akunmu. Makin banyak followers, makin terpercayalah toko kamu. Eits! Bukan fake, ya!

Dan ketika barang yang dipampang ternyata ada yang membeli, rasanya senangnya itu nggak ada duanya, deh! Rasanya pengin jual lebih banyak lagi! Jangan lupa untuk meminta testimonial pembeli untuk menambah kredibilitas tokomu, yes.

Dan ketika toko online berkembang, bukan hanya barang yang bisa kamu jual: jasa promosi pun bisa ditawarkan dengan jumlah followers yang dapat dijadikan patokan harga. Another income awaits! 

Mungkin memang nggak mudah untuk memulai. Langkah awal memang nggak pernah gampang. Tapi setelah langkah berat itu, beneran, siap-siap aja merasa bahwa the world is in your hand. Kekuatan percaya diri itu super! Rasakan ide-ide kreatif yang kemudian akan berkecamuk dalam otak, berebutan untuk keluar dan diwujudkan.

Jadi, siap tenggelam dalam dunia wirausaha yang menyenangkan, gaes?

1 komentar:

  1. Aku pernah ingin coba, tapi harus ada modal deposit awal dulu..., dan kupikir belum bisa dulu karena harus fokus UN.

    Semangat Kak ^^

    BalasHapus