Rabu, 04 Desember 2013

Menyesal

Aku tidak akan pernah mengerti salahku dimana.

Begitu banyak yang kami lalui bersama. Selama ini aku merasa di antara kami baik-baik saja. Tidak ada hal menganggu apapun. Aku terus berusaha memantaskan diriku untuknya.

Mungkin memang aku tak pernah sempurna di matanya?

Apa yang harus kupaksa? Aku bukan manusia super yang bisa melakukan apapun!

Batinku terus menerus bergejolak. Tak jarang aku memukul-mukul kepalaku sendiri. Mungkin memang aku yang bodoh. Orang paling bodoh yang tak pernah mengerti dirinya.

Pelupuk mata di sudut kini sudah tak kuat lagi menahan beban, tetesan bening pun mengalir setelahnya. Aku membiarkan mereka turun deras-deras. Biarlah. Biarlah mereka semua keluar seiring dengan perasaan yang tak terbendung lagi.

Jikalau aku boleh melupakan ini, aku lebih memilih untuk amnesia, melumpuhkan memori tentangnya yang tersimpan. Lebih baik aku tidak pernah memutuskan untuk bertemu dengannya daripada tersiksa batin seperti ini.

Hilangkan ingatanku, Tuhan.

Aku menyesal, Tuhan.

Lumpuhkan semua ini, Tuhan.

Hapuskan memori ini, Tuhan. Semua memori ini, tentangnya. Keinginanku bersamanya. Cita-cita yang pernah kurencanakan bersamanya.

Aku, menyesal.

Karena, dari awal, dia tidak pernah singgah dalam hati dan pikiranku.

"Ma, aku mau pindah. Aku enggak mau jadi dokter kayak permintaan Mama. Aku enggak mau ketemu fisika di jurusan IPA. Aku mau ke IPS aja," pintaku di kala sesak masih menghalangi kata-kataku. Mama hanya mendesah pelan begitu melihat banyak nilai merah di rapor pertengahan semester ini.


Diikutsertakan dalam #FF2in1 Nulisbuku.


2 komentar:

  1. kirain tentang cowok, ternyataaaaa.....

    nice written, anyway! padahal aku hampir aja nyanyiin lagunya Geisha. ._.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Ini memang temanya dari lagu Geisha, Kak. Hihi. Makasih sudah berkunjung dan meninggalkan jejak. ^^

      Hapus