Girl, you're my reflection, all I see is you.
Dion menatap gadis di hadapannya yang tengah tenang. Sesekali tangannya menggapai-gapai gelas capucino yang sembarangan saja di gesernya, tak tahu arah. Disitulah peran kecil Dion dimulai: menggeser gelas hingga menuju ke gapaian gadis itu.
"Seru banget, ya?"
Gadis itu hanya mengangguk tanpa melepas pandangannya. Mata Dion kini tertumbuk lagi pada buku yang tengah ia baca juga. Ya, mereka sama-sama hobi membaca buku. Dan mereka juga sama-sama memesan capucino, yang menjadikan meja mereka kini diisi dengan dua gelas tinggi dengan noda kecokelatan.
Si gadis kini melambaikan tangannya pada pelayan dan memesan dua gelas capucino lainnya karena persediaan mereka sudah menipis. Dan buku yang tengah dilahapnya masih bersisa sekitar seratus halaman lagi.
"Berapa lagi, Dion?" tanya sang gadis.
"150 halaman lagi," jawab Dion setelah melirik sedikit ke arah sang penanya.
Kafe buku selalu menjadi tempat favorit mereka. Selalu. Karena inilah dunia mereka. Inilah dunia Dion dan si gadis yang dianggapnya sebagai belahan jiwanya. Setengah dari dirinya.
Yang mana ketika dia menghilang, Dion tidak bisa hidup tanpanya.
"Capucino-nya, Mbak Dian," sapa sang pelayan pada Dian, saudara kembar Dion yang masih sibuk dengan seratus halaman terakhirnya itu.
Diikutsertakan dalam #FF2in1 tema: Mirrors.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar